(‘Dan
tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan Takwa’ Al-Maidah:2)
Setelah aku selesai kuliah pagi, aku
bergegas pulang ke asrama di Bandung, yang jaraknya sekitar 20km dari kampusku
di Jatinangor. Aku pulang menggunakan bis Damri jurusan Dipatiukur-Jatinangor,
aku turun di Jl. Supratman dan segera untuk sholat Dhuha di Masjid PUSDAI.
Selesai sholat Dhuha, aku bergegas keluar dari masjid yang kebetulan masjid itu
sedang ramai pengunjung, saat itu masjid diramaikan oleh anak SMA sekitar,
pekerja kantor, ibu-ibu yang berjualan, dan beberapa orang yang istirahat dalam
perjalanan.
Di depan teras depan masjid, terdapat
tempat sampah yang terlihat sangat kotor dan basah yang sedang dikorek-korekoleh
seorang nenek berkerudung dan berpakaian kumal mencari sesuatu. Kemudian, aku
heran dan bertanya kepadanya “Sedang apa nek? Apa yang kau cari?”, lalu nenek
itu menatapku seperti kebingungan atas pertanyaanku. “Apakah kau mencari
sesuatu yang bisa kau makan?” Tanyaku lagi, nenek itu semakin heran atas
pertanyaanku dan dia hanya diam tak berucap. Kemudian aku mengambil dagangan
makanan dari kampus yang berupa roti pisang coklat dan menawarkan kepadanya.
Awalnya aku heran mengapa ia tidak mau menerima ini, tangan kanannya terlihat
seperti menggenggam sesuatu tetapi dia tidak memegang apapun. Beberapa lama,
akhirnya dia mulai berbicara setelah aku menyodorkan roti itu kepadanya.
Ternyata tangan kanannya beberapa waktu lalu dia terkena stroke, sehingga tangan
kanannya tak dapat digunakan untuk menggenggam lagi.
Orang-orang di sekitar kami mulai
memperhatikan kejadian ini, akhirnya ada seorang ibu yang memberikan tisu untuk
membungkus roti yang aku berikan kepada nenek itu, dan bertambah heran lagi
mengapa nenek itu tidak mau memakan roti yang aku berikan, tetapi menyuruhku
untuk menaruhnya dikantungnya. Mana mungkin aku membiarkannya untuk menaruhnya
di kantung bajunya yang terlihat sangat kotor itu, yang mana jika aku menaruh
di kantungnya roti ini akan kotor dan tidak layak untuk dimakan, apalagi roti
ini sedikit basah. Akhirnya aku menyuruhnya untuk langsung dimakan seketika itu, namun setelah
aku memaksa untuk langsung dimakan dan berinisiatif untuk menyuapinya, akhirnya
nenek itu mengaku bahwa dirinya sedang puasa Sunnah.
Ini adalah pertama kalinya aku menolong
orang yang sedang membutuhkan banyak perhatian dan mencari makanan halal
walaupun tidak baik untuk kesehatan tetapi dia masih sempatnya untuk berpuasa
Sunnah. Akhirnya aku menuruti untuk menaruh roti itu di kantung bajunya yang
kotor, namun aku lapisi dengan plastik hitam yang ada di kantung ranselku.
Setelah itu, aku bergegas pulang dan memintanya untuk jangan memakan makanan
dari tempat sampah, karena sangat mengancam kesehatannya. Tidak lama aku pergi,
aku kembali menoleh ke arah nenek itu dan terlihat ia memberikan roti itu
kepada pengemis yang lain.
Perlu kita ketahui
bahwa pengemis itu sangat membutuhkan kita untuk membantunya. Pengemis bukan
hanya membutuhkan materi, tetapi perhatian yang lebih terhadap mereka. Tidak
perlu menunggu pemerintah turun tangan, tidak perlu volunteer datang, tidak
perlu menunggu zakat fitrah datang dan juga tidak perlu menunggu hari raya
kurban. Ini adalah tentang kepekaan sesama manusia yang saling membantu.
Hal yang menjadi persoalan adalah mengapa
banyak orang yang tidak peka terhadap orang lain, orang-orang baru akan
tergerak hatinya apabila melihat orang lain bergerak inisiatif untuk menolong
akan sesuatu, padahal saya yakin bahwa banyak orang baik di dunia ini tetapi
mereka belum berinisiatif untuk memulainya. Ayo kembali tunjukkan sifat
inisiatif kita terhadap persoalan yang kecil menuju perubahan besar.
No comments:
Post a Comment